Home » » Gereja Sebagai Terang dan Garam

Gereja Sebagai Terang dan Garam

Written By Unknown on Kamis, 07 Agustus 2014 | 02.31














Gereja Sebagai Terang dan Garam

Yesus berkata bahwa murid-murid-Nya adalah terang dan garam bagi dunia ini (Matius 5:13-5). Di dalam kesempatan lainnya Ia juga mengatakan bahwa Ialah terang dunia (Yohanes 8:12,9:5). Yesus menegaskan bahwa selama Ia di dalam dunia, Ialah terang dunia. Pernahkah kita berpikir mengapa Yesus tidak pernah mengumpamakan diri-Nya sebagai garam dunia, hanya sebagai terang dunia? Terang berfungsi menyatakan kebenaran (exposing reality), tetapi garam berfungsi lain.

Beberapa fungsi dari garam yang menjadikannya sebuah komoditas yang begitu berharga di dunia kuno antara lain:

• Mengawetkan: pada jaman di mana belum ditemukan teknologi pendinginan, maka satu-satunya cara untuk mengawetkan daging, ikan, atau bahan makanan ‘perishables’ lainnya adalah dengan menggarami, sehingga masa kadaluwarsa mereka dapat diperpanjang.

• Memberi rasa: pada jaman di mana orang banyak hanya bisa makan untuk menyambung hidup, garam menjadi sangat berharga di mana masing-masing unsur makanan dapat mengeluarkan ‘flavour’ terbaiknya sehingga dapat dinikmati.

• Memiliki nilai: begitu berharga dan bergunanya garam di jaman dahulu sehingga garam dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Dari praktek inilah lahir kata ‘salaris’ (garam) sebagai salah satu bentuk penggajian untuk upah orang yang bekerja.

Selain itu, garam juga memiliki sifat-sifat negatif sebagai berikut:

• Garam dapat bersifat memandulkan tanah. Pada masa hidup Tuhan Yesus di antara orang Yahudi yang tinggal di Judea orang melemparkan garam ke ladang orang yang mereka musuhi, karena mereka percaya bahwa garam akan membuat ladang itu menjadi mandul.

• Pada jaman modern ini manusia menyadari sifat korosif garam terhadap benda-benda logam. Besi yang sekuat apapun, jika tidak diberi perlindungan khusus terhadap garam akan cepat berkarat dan keropos.

Dengan mengamati sifat-sifat garam seperti yang dicatat sebagian di atas, maka kita tidak heran mengapa Tuhan Yesus tidak pernah mengumpamakan diri-Nya sebagai garam dunia, karena garam adalah sesuatu agen yang memiliki dampak di dalam waktu yang cukup lama, dan garam haruslah tersebar supaya dampaknya terasa bagi lingkungannya. Tuhan Yesus tidaklah memiliki waktu yang terlalu panjang untuk hidup di dalam dunia ini, Ia harus segera menyelesaikan misi-Nya untuk menjadi juruselamat dunia ini dengan menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga. Tugas pelayanan Tuhan Yesus selanjutnya akan diteruskan oleh gereja-Nya.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar