Home » » BERJUANG MEMPERTAHANKAN IMAN

BERJUANG MEMPERTAHANKAN IMAN

Written By Unknown on Kamis, 07 Agustus 2014 | 01.55


















BERJUANG MEMPERTAHANKAN IMAN

Kemenangan Yesus di Golgota, sangat ditentukan oleh sikap Yesus ketika berada di Getsemani untuk berdoa. Di taman inilah Allah memberikan kekuatan kepada-Nya. Melalui dua tempat inilah, Yesus banyak memberikan teladan bagi kita, bagaimana menghadapi persoalan-persoalan yang tidak ada habis-habisnya.

Allah itu Roh adanya, 2 Korintus 3 : 17,”Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”. Dia tidak bisa kita lihat, seperti seseorang yang ada di samping kita. Kesalahan mengapa kita gagal dalam berjuang, karena kita tidak memahami bahwa Allah itu Roh adanya. Bahasa Yunani untuk Roh adalah “pneuma”, artinya “angin, udara, nafas”. Kita tidak bisa melihat bentuknya angin dengan kasat mata, tapi kerjanya itu jelas bisa diterima dengan akal kita. Pohon tumbang, rumah hancur karena ditiup angin dengan kecepatan tertentu, terjadi di depan mata kita. jelas di depan kita.

Allah tidak bisa kita lihat, tapi kita bisa merasakan kehadiran-Nya, bagaimana kuasa-Nya bekerja memberi kesembuhan bagi yang sakit, memberi semangat bagi yang gagal. Kita berhadapan dengan Tuhan, dalam memuji, berdoa, namun hal ini menjadi begitu sulit bagi kita, sebab kita tidak melihat oknum yang menjadi pusat dari apa yang kita lakukan ini.

Terasa berat sekali bagi kita untuk berbicara kepada Tuhan dalam doa dalam penyembahan, persoalannya adalah karena kita tidak melihat-Nya seperti orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, kita memuji Dia bukan berdasarkan pada keyakinan bahwa Allah itu Roh, melainkan hal itu kita lakukan karena adanya orang-orang yang mempengaruhi kita. Mereka dapat bertindak sebagai pribadi yang mengambil perhatian yang selayaknya harus diberikan kepada Tuhan. Roh Allah tidak dapat dilihat, tapi Dia dapat bekerja dengan bukti-bukti yang mampu diterima dengan akal. Roh Allah yang memerdekakan kita, dan kita hanya diminta supaya menghormati kehadiran-Nya, membuka hati kita agar Dia bekerja, dan membiarkan Dia senang menikmati pelayanan kita, sebab untuk maksud itulah kita melakukannya.

Hidup di dunia ini bagaikan orang berperang, terus berjuang, tapi kasih setia Tuhan tidak ada habisnya. Yudas 1 : 3 – 4, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Yudas berkata bahwa untuk keselamatan kita, ada sesuatu yang harus dibayar, yaitu berjuang mempertahankan iman, Mengapa? Ayat 4, ada ancaman dari orang-orang yang masuk ke dalam persekutuan, dengan tujuan merusak persekutuan itu, mereka bagaikan serigala di tengah-tengah domba. Bagaimana domba bisa tertipu dengan kehadiran mereka, Alkitab berkata, bahwa mereka bersikap seolah-olah domba, sehingga kelihatannya sama, padahal mereka datang untuk merusak. Dalam Matius mereka disebut lalang di tengah-tengah gandum.

Matius 13 : 24 – 25, ada lalang ditengah-tengah perkebunan gandum.

Bagaimana kita dapat membedakan antara lalang dan gandum? Cara menilai dua jenis tumbuhan ini yang mirip satu dengan yang lain, diperlukan keahlian tersendiri. Gandum dan lalang ini, kalau dilihat dari batangnya mirip, daunnya pun ukurannnya sama, dengan warna yang sama, bahkan lalang hijaunya bisa bertahan untuk waktu yang lama, sedangkan gandum tidak, dan ini membuat orang bisa tertipu, kalau melihat luarnya saja. Cara paling gampang adalah melihat hasil, gandum ada buah dan lalang tidak. Kita berada di dunia yang sulit sekali membedakan mana yang benar, dan mana yang tidak. Siapa pelayan Tuhan yang bersih, benar dan sebaliknya.

Memperindah sebuah ibadah dengan meniru gaya pelayanan dunia, telah mengesampingkan bentuk pelayanan Yesus, dan menjadikannya tidak penting untuk dicontoh. Alhasil, penilaian kita semakin kabur antara Rohani dan duniawi. Yesus dan kuasa-Nya dipandang hanya sebagai pelengkap bukan penentu.

Di kemah sembayang terdiri dari halaman, ruang suci dan ruangan maha suci. Ruangan maha suci hanya ada satu benda yaitu peti asyahadat. Imam besar masuk membawa darah untuk menjalankan pekerjaan keimamatan, di luar Israel sedang menunggu hasil dari pekerjaan imamat tadi, apabila tiang awan persis berhenti diatas kemah suci berarti seluruh persoalan Israel selesai, kemuliaan Allah turun. Tetapi ada satu kemuliaan yang tidak kalah hebat, yaitu peti asyahadat itu sendiri mengkilau karena terbuat dari emas murni. Dua pilihan bagi seorang Imam, puas dengan peti asyahadat atau tetap berusaha untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah. Di dalam Tuhan juga begiitu, puas dengan kesenangan duniawi, atau kita menunggu sesuatu yang lebih hebat datang dari Tuhan. Kedua-duanya mempunyai daya tarik dengan kenikmatan tersendiri, masing-masing berhak untuk dipilih.

Kita hidup di suatu zaman di mana iman akan semakin mahal, banyak orang akan murtad. Alkitab berkata pada akhir dunia ini tiba, kita akan meneruskan perjalanan bertemu Yesus. Tangan Yesus yang berlubang paku akan mengantar kita masuk ke tempat yang telah Dia sediakan bagi kita, tapi untuk itu kita harus terus berjuang. Kita pernah menangis bagaimana harus bertahan, keadaan di sekitar tidak membantu, sehingga kita harus berusaha sendiri, itu adalah salah satu harga, satu di antara sejumlah hal rohani yang harus dibayar. Jangan merasa kecewa dengan keputusan kita memilih Tuhan menjadi sahabat, walaupun dalam perjalanan kita ada banyak tantangan, teruslah berjuang, dan bertahan sampai Yesus datang kembali, sebab kasih setia Tuhan tidak pernah berubah …!!!
Foto: BERJUANG MEMPERTAHANKAN IMAN Kemenangan Yesus di Golgota, sangat ditentukan oleh sikap Yesus ketika berada di Getsemani untuk berdoa. Di taman inilah Allah memberikan kekuatan kepada-Nya. Melalui dua tempat inilah, Yesus banyak memberikan teladan bagi kita, bagaimana menghadapi persoalan-persoalan yang tidak ada habis-habisnya. Allah itu Roh adanya, 2 Korintus 3 : 17,”Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”. Dia tidak bisa kita lihat, seperti seseorang yang ada di samping kita. Kesalahan mengapa kita gagal dalam berjuang, karena kita tidak memahami bahwa Allah itu Roh adanya. Bahasa Yunani untuk Roh adalah “pneuma”, artinya “angin, udara, nafas”. Kita tidak bisa melihat bentuknya angin dengan kasat mata, tapi kerjanya itu jelas bisa diterima dengan akal kita. Pohon tumbang, rumah hancur karena ditiup angin dengan kecepatan tertentu, terjadi di depan mata kita. jelas di depan kita. Allah tidak bisa kita lihat, tapi kita bisa merasakan kehadiran-Nya, bagaimana kuasa-Nya bekerja memberi kesembuhan bagi yang sakit, memberi semangat bagi yang gagal. Kita berhadapan dengan Tuhan, dalam memuji, berdoa, namun hal ini menjadi begitu sulit bagi kita, sebab kita tidak melihat oknum yang menjadi pusat dari apa yang kita lakukan ini. Terasa berat sekali bagi kita untuk berbicara kepada Tuhan dalam doa dalam penyembahan, persoalannya adalah karena kita tidak melihat-Nya seperti orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, kita memuji Dia bukan berdasarkan pada keyakinan bahwa Allah itu Roh, melainkan hal itu kita lakukan karena adanya orang-orang yang mempengaruhi kita. Mereka dapat bertindak sebagai pribadi yang mengambil perhatian yang selayaknya harus diberikan kepada Tuhan. Roh Allah tidak dapat dilihat, tapi Dia dapat bekerja dengan bukti-bukti yang mampu diterima dengan akal. Roh Allah yang memerdekakan kita, dan kita hanya diminta supaya menghormati kehadiran-Nya, membuka hati kita agar Dia bekerja, dan membiarkan Dia senang menikmati pelayanan kita, sebab untuk maksud itulah kita melakukannya. Hidup di dunia ini bagaikan orang berperang, terus berjuang, tapi kasih setia Tuhan tidak ada habisnya. Yudas 1 : 3 – 4, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”. Yudas berkata bahwa untuk keselamatan kita, ada sesuatu yang harus dibayar, yaitu berjuang mempertahankan iman, Mengapa? Ayat 4, ada ancaman dari orang-orang yang masuk ke dalam persekutuan, dengan tujuan merusak persekutuan itu, mereka bagaikan serigala di tengah-tengah domba. Bagaimana domba bisa tertipu dengan kehadiran mereka, Alkitab berkata, bahwa mereka bersikap seolah-olah domba, sehingga kelihatannya sama, padahal mereka datang untuk merusak. Dalam Matius mereka disebut lalang di tengah-tengah gandum. Matius 13 : 24 – 25, ada lalang ditengah-tengah perkebunan gandum. Bagaimana kita dapat membedakan antara lalang dan gandum? Cara menilai dua jenis tumbuhan ini yang mirip satu dengan yang lain, diperlukan keahlian tersendiri. Gandum dan lalang ini, kalau dilihat dari batangnya mirip, daunnya pun ukurannnya sama, dengan warna yang sama, bahkan lalang hijaunya bisa bertahan untuk waktu yang lama, sedangkan gandum tidak, dan ini membuat orang bisa tertipu, kalau melihat luarnya saja. Cara paling gampang adalah melihat hasil, gandum ada buah dan lalang tidak. Kita berada di dunia yang sulit sekali membedakan mana yang benar, dan mana yang tidak. Siapa pelayan Tuhan yang bersih, benar dan sebaliknya. Memperindah sebuah ibadah dengan meniru gaya pelayanan dunia, telah mengesampingkan bentuk pelayanan Yesus, dan menjadikannya tidak penting untuk dicontoh. Alhasil, penilaian kita semakin kabur antara Rohani dan duniawi. Yesus dan kuasa-Nya dipandang hanya sebagai pelengkap bukan penentu. Di kemah sembayang terdiri dari halaman, ruang suci dan ruangan maha suci. Ruangan maha suci hanya ada satu benda yaitu peti asyahadat. Imam besar masuk membawa darah untuk menjalankan pekerjaan keimamatan, di luar Israel sedang menunggu hasil dari pekerjaan imamat tadi, apabila tiang awan persis berhenti diatas kemah suci berarti seluruh persoalan Israel selesai, kemuliaan Allah turun. Tetapi ada satu kemuliaan yang tidak kalah hebat, yaitu peti asyahadat itu sendiri mengkilau karena terbuat dari emas murni. Dua pilihan bagi seorang Imam, puas dengan peti asyahadat atau tetap berusaha untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah. Di dalam Tuhan juga begiitu, puas dengan kesenangan duniawi, atau kita menunggu sesuatu yang lebih hebat datang dari Tuhan. Kedua-duanya mempunyai daya tarik dengan kenikmatan tersendiri, masing-masing berhak untuk dipilih. Kita hidup di suatu zaman di mana iman akan semakin mahal, banyak orang akan murtad. Alkitab berkata pada akhir dunia ini tiba, kita akan meneruskan perjalanan bertemu Yesus. Tangan Yesus yang berlubang paku akan mengantar kita masuk ke tempat yang telah Dia sediakan bagi kita, tapi untuk itu kita harus terus berjuang. Kita pernah menangis bagaimana harus bertahan, keadaan di sekitar tidak membantu, sehingga kita harus berusaha sendiri, itu adalah salah satu harga, satu di antara sejumlah hal rohani yang harus dibayar. Jangan merasa kecewa dengan keputusan kita memilih Tuhan menjadi sahabat, walaupun dalam perjalanan kita ada banyak tantangan, teruslah berjuang, dan bertahan sampai Yesus datang kembali, sebab kasih setia Tuhan tidak pernah berubah …!!!
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar