Written By Unknown on Kamis, 07 Agustus 2014 | 02.15














Mungkin kita sering bertanya, mengapa iman, pengharapan dan kasih disandingkan dalam sebuah perbandingan oleh Rasul Paulus di 1 Korintus 13:13. Bahkan disebutkan bahwa yang terbesar di antaranya adalah kasih. Bagiku pribadi, hal ini juga sempat menjadi satu pertanyaan. Namun setidaknya, ada jawaban yang dapat menjadi panduan mengenai hal ini.

Tuhan Yesus pernah mengatakan pada Lukas 7:9,

“Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!””

Ayat tersebut berbicara tentang Yesus yang menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum. Namun yang unik adalah, sebagai seorang perwira, ia bukanlah seperti yang kebanyakan seorang pembesar lakukan. Ia lebih memilih untuk mendatangi Tuhan Yesus daripada menyuruhNya pergi ke rumahnya. Kata-kata yang unik yang Yesus katakan adalah “iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”. Sedangkan jika kita telusuri baik-baik, sebenarnya kisah ini bercerita tentang bagaimana perwira tersebut benar-benar mengerti arti ketaatan dan tunduk terhadap otoritas.

Ia mengerti bahwa Tuhan Yesus adalah otoritas tertinggi yang mampu ia datangi, sehingga ia tidak mau ‘merepotkan’ dan lebih memilih untuk melakukan apa yang Yesus perintahkan. Tapi jika kita pikirkan lagi, bukankah iman memang seharusnya mengandung ketaatan? Tanpa ketaatan, maka tidak ada iman. Dalam Ibrani 11, semua pahlawan iman yang disebutkan oleh Rasul Paulus adalah orang-orang yang akhirnya memilih taat kepada kehendak Allah.

Kasus kedua terjadi pada Lukas 7:50,

“Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

Hal yang unik adalah bahwa ternyata iman kita dapat menyelamatkan. Hal ini adalah sebuah kalimat substitusi dari kalimat, “Dosamu telah diampuni” yang terdapat pada Lukas 7:48, masih pada pasal yang sama dengan kasus pertama. Ia mengubah karena ada orang-orang yang menentang kalimat itu dan mempertanyakan otoritas Yesus untuk mengampuni dosa. Kita tahu bahwa pengampunan dosa dan keselamatan merupakan hal yang sama. Perbedaan dari dua kalimat tersebut hanya pada siapa pihak yang aktif untuk melakukannya.

Namun, yang unik adalah sebelum Yesus berkata, “Dosamu telah diampuni” Ia berkata,

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.”

Pertanyaannya, apakah hubungan pengampunan dosa dan berbuat kasih? Ternyata bukan kasih (baca: perbuatan baik kita, atau yang lain) yang membawa pengampunan dosa. Tetapi, orang yang diampuni dosanya, ia akan banyak berbuat kasih. Jika kita banyak berbuat kasih, maka itu tanda bahwa kita sudah diampuni.

Selanjutnya adalah, mengapa Yesus mengganti kata tersebut dengan iman yang menyelamatkan? Ternyata iman timbul dari pengenalan akan Tuhan. Perwira Kapernaum tersebut memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Pengenalan tersebut menimbulkan iman. Kita bisa mengenal Tuhan karena awalnya Tuhan mengasihi kita. Artinya, kasih adalah yang pertama dan terutama yang Allah telah berikan dalam hidup kita. Karena tanpa kasih, tidak ada pengenalan akan Allah, dan tanpa pengenalan akan Allah tidak ada iman.

Yang unik adalah pada Lukas 7:30-32,

“Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes. Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.”

Mengapa Yesus memberikan perumpamaan seperti ini tentang orang Farisi, ahli Taurat dan orang Yahudi yang ada pada jaman itu? Meniup seruling tetapi tidak menari, menyanyikan kidung duka tetapi tidak menangis sebenarnya adalah dua hal yang bertentangan. Hal ini menggambarkan bahwa mereka tidak akan pernah mengerti apa yang Yesus ajarkan. Dengan kata lain, mereka tidak ‘nyambung’. Hanya orang yang percaya yang akan nyambung dengan segala ajaran Yesus. Kepercayaan akan menimbulkan kekuatan. Saat kita percaya, anugerah Allah akan turun dan memberikan kekuatan kepada kita.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar